Sabtu, 14 Maret 2015

Ketika ‘Doa’ Hanya Sebagai Rutinitasku Saja …..


Ingatanku melayang, ketika pertama kali orang tuaku mengajarkan kami berdoa, untuk segala sesuatu yang akan aku lakukan. Mungkin sekitar 2 tahun ( jika benar, umur berapa tahun aku bisa mengingatnya ), kami ( aku dan adik2ku ) tidur di satu kamar, dan sebelum tidur, papaku duduk di sela2 kami ( aku dan adik2ku ), mengajarkan kami untuk mrelipat tangan dan tundukkan kepala serta berdoa,

Tuhan, kami mau bobo, lindungilah kami, Amin”

Begitu kira2 doa pertama kami jika mau tidur. Begitupun, jika kami mau makan, berjalan2 atau ke sekolah ( setelah kami bersekolah ). Dan begitu rutinitas kami dalam memulai kegiatan kami, yaitu selalu berdoa, walau hanya terbatas kata2 yang sederhana …..

Ketika masing2 dari kami, sudah mulai bisa merangkai kata2 untuk berdoa, orang tua kamipun hanya membimbing lebih ‘jauh’ dan kami perlahan bisa membuat doa, sesuai hati kami dalam
nama Tuhan. Jaman sekolah, sampai lulus kuliah, doaku terutama tentang kehidupkan sekolahku, bahwa aku ingin sekali membanggakan orang tuaku untuk bisa lulus sekolah dengan berprestasi, sehingga doaku menjadi rutinitas bagiku, di sela2 sekolah dan kuliahku yang memang padat …… 

Tetapi, aku tetap berdoa, apapun bentuknya. Aku tetap menundukkan kepala dan melipat tanganku untuk sedikit ‘berbicara’ pada Tuhan walau hanya sebentar ….

Setelah aku mulai bekerja, doaku lebih banyak untuk meminta berkat sebagai pekerja untuk bisa melakukan sesuatu bagi banyak orang. Aku tetap berdoa, walau setelah bekerja, doa hanya merupakan sebuah rutinitas saja, di sela2 kesibukanku sebagai pekerja eksekutif muda di kota metropolitan. Aku juga tetap terus mendoakan keluargaku, orang tuaku, walau sepertinya, seingatku, doaku hanya sebatas di kulitnya saja, tanpa aku mau ‘bersekutu’ dengan NYA …..

Dalam pernikahanku, doaku bertambah, untuk juga mendoakan keluargaku sendiri, suamiku dan anak2ku, sampai kami bercerai dan aku menyandang sebagai ’single parent’ Doaku tidak putus2nya, apa yang aku inginkan dan aku butuhkan. Tetapi, Tuhan tetap mengatakan ‘tidak’ sebagai jawabanku, ketika aku menginginkan bahwa kita tidak bercerai …..

Doaku terus berubah, sejalan dengan kebutuhanku. Dan ketika aku terserang stroke 2 tahun lalu, aku benar2 berubah, doaku bukan hanya sekedar ‘rutinitas’ belaka walau rutinitas itu tetap membuat aku selalu berusaha untuk ‘bersekutu’ dengan NYA. Aku sungguh2 berdoa, senantiasa berdoa dan dalam doaku tetap aku selipkan kepercayaanku pada Tuhan, untuk DIA tetap akan mengabulkan doaku JIKA DIPANDANG YANG TERBAIK UNTUKKU, bukan sekedar keinginanku …..

Seiring dengan perjalanan waktu dan umurku yang terus bertambah, doaku mulai berkembang kearah persekutuan dengan NYA, ketika aku mulai menjalani kehidupanku yang mulai sarat dengan pencobaan. Sebelum menikah, hidupku masih sekedar ‘bersenang2′ saja, sekolah, menjalankan pertemanan dan berbahagia dengan keluarga serta orang tuaku. Tetapi, setelah aku berumah tangga, aku melihat bahwa hidupku mulai banyak onak duri. Mulai tentang sakitku dalam melahirkan anak2ku, sampai perceraianku. Dan setelah aku stroke, doaku lebih menitik beratkan bahwa keinginanku hanya untuk memuliakan nama NYA ……

Tentu aku masih manusia biasa. Walau keinginanku sebagai penyandang pasca stroke dalam keterbatasan, untuk hanya memuliakan nama Tuhan, tetapi di belakangku ada keinginan yang lain. Bahwa aku masih harus membesarkan anak2ku sampai Tuhan ‘melepas’ku  sebagai orang tua mereka. Aku masih harus bertanggung jawab untuk mereka, termasuk bertanggung jawab untuk ‘kebahagiaan’ orang tuaku. Doaku semakin lengkap. Bukan hanya keinginanku untuk beranggung jawab kepada anak2ku serta orang tuaku, tetapi keinginanku untuk terus memuliakan nama NYA. Aku sudah tidak menginginkan apa2 lagi, kecuali untuk itu. Kehidupanku sebagai penyandang pasca stroke dalam keterbatasan, menjadi ‘batu sandungan’ bagi beberapa orang untuk bisa terus menemaniku. Walau aku sangat mengerti tentang itu, ku tetap tidak putus2nya mendoakan untuk Tuhan tetap bisa memberikan hidupku lebih baik lagi dalam berkegiatan, sehingga aku tidak merepotkan banyak orang …..

Ketika Tuhan mengatakan ‘tidak’ dalam doaku ( lihat tulisanku “Tuhan Ada Dimana? Mengapa Tuhan Tidak Mengabulkan Doa Kita?” ), aku cepat tersadar, bahwa aku harus selalu hanya bersandar pada Tuhan, dan bukan pada manusia. Karena manusia hanya sementara, termasuk orang tuaku. Hanya pada tanganTuhanlah, yang bisa aku bisa berpegang, untuk terus berharap, bahwa hidupku akan terus ditemani oleh Tuhanku …..

Kecewa? Apakah kita kecewa ketika doa kita tidak dikabulkan oleh NYA? Sebagai manusia biasa, tentulah kita sangat kecewa. Tetapi, tetap cepat sadar, bahwa seperti yang akutuliskan di posting diatas, bahwa waktu kita itu tidak sama dengan waktu Tuhan. Sehingga buat apa kita kecewa? Kecewa boleh2 saja, tetapi cepatlah sadar. Bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita ……

Kehidupan doa-ku yang sebagai rutinitas saja, sering membuat aku berpikir, bahwa begitu banyak yang aku inginkan untuk Tuhan mengabulkannya, tetapi ternyata aku sering menyia2kannya. Walau aku tetap bersandar pada NYA, kadang kala doaku ‘tersingkir’ oleh rutinitasku dalam bekerja atau dalam keegoisanku sebagai  manusia. Tetapi dengan sabar tetap memberikan yang terbaik bagiku dan keluargaku. Keegoisanku sebagai manusia benar2 membuat aku malu, bahwa apapun keadaannya, Tuhan selalu mengasihiku dan menemaniku, walaupun aku berkeluh kesah dengan keadaanku …..

Aku memang manusia biasa, apalagi, aku hanya penyandang pasca stroke yang dalam keterbatasan. Teman dan sahabat2ku sudah jauh ‘diujung’ sana, dengan tubuh yang sehat dan kesempatan yang luas sebagai orang2 yang berkembang dalam waktu. Tetapi, aku hanya masih ‘disini’ saja, ‘berjalan’ ditempat. Wajar, jika mereka ‘meninggalkan’ku, bukan karena memang mereka mau meninggalkan aku dan tidak mau memperhatikan dan meyayangaiku sebagai sahabat mereka lagi, tetapi aku memang sudah tidak bisa lagi mengikuti mereka, karena keterbatasanku.

Tetapi, sahabat,
Apapun keadaan kalian, baik suka ataupun duka, apapun kebutuhan dan keinginan kalian, tetaplah terus berdoa. Karena, aku sudah menyaksikan dan berkesaksian, bahwa doa merupaka ‘alat’ untuk berhubungan dengan Tuhan, dan melalui doa, Tuhan ‘tahu’ apa yang kalian butuhkan dan inginkan ( walau aku sangat yakin, bahwa Tuhan tahu sekali apa yang kalian butuhkan dan kalian inginkan, walau kalian tidak berdoa ). Dalam doa, Tuhan bisa ‘mengingatkan’ pada kalian, bahwa DIA ingin selalu ‘menemani’ kalian, apapun keadaannya …..

Ketika doa sudah merupakan rutinitas, tetap percaya, bahwa doa akan tetap terus menjadi sandaran kita dalam permasalahan kita, sebagai manusia biasa, di dalam keegoisan kita …..
*Jika aku ‘menggurui’ kalian, hanya permintaan maaf saja yang aku harapkan*
Tuhan sedang ‘menegurku’, untuk terus berdoa dan bersekutu dengan NYA, bukan hanya aku berdoa sebagai rutinitas saja …..

Salam …..

Seorang Anak Kecil yang Membungkam Dunia Selama 6 Menit


Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).







ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah lingkungan.
Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.
Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.
Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)
Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.
Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.
Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.
Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.
Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.
Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.
Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.
Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?
Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!
Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.
Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!
Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.
Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.
Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.
Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.
Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.
Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.
Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang " .
Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?
Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .
Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.
Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?
Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya.”
Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.
Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.
Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

Selasa, 10 Maret 2015

my happiness and my sadness in SMK N 1 Boyolali

Assalamu’alaikum wr. wb. wahai khalayak ramai dimanapun kalian berada. J
            To the point saja ya, aku adalah seorang pelajar kelas XI TKJ 1 di SMK N 1 Boyolali. Belajar di SMK N 1 Boyolali atau lebih sering disebut SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) adalah impianku dari kecil, J dulu aku sangat ingin masuk dan belajar disini. Tapi setelah saya masuk SMP, impian itu seakan pupus dan termakan banyaknya teman yang lebih pandai dan lebih pantas ada disini dibanding saya sendiri. J
            Setelah lulus SMP, saya tidak langsung mendaftar ke sekolah manapun dan ingin mencoba masuk ke SMEA. Hal ini sempat membuatku dimarahi bapak dan ibu di rumah, ya.. karena SMEA membuka pendaftaran pada hari yang paling akhir dibanding dengan sekolah lain. J mungkin mereka khawatir aku tidak lulus seleksi di SMEA. Huft.. apalah, kata orangtua kadang ada benarnya. Tapi aku tak takut akan hal itu.
            Ternyata eh ternyata aku lulus seleksi dan masuk pada jurusan TKJ, hal ini lebih membuat saya bahagia. Karena diri saya yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang IT (Informasi dan Teknologi) bisa belajar dan mungkin lebih paham akan itu semua. Semula saya hanya diam dan tak mengerti apa yang guru bicarakan, tapi setelah terbiasa dengan semua yang ada disini saya lebih bisa memahami apa yang dibicarakan dan diucapkan.
            Seperti “kita bisa karena terbiasa”, maka jangan takut untuk mencoba hal yang baru atau hal yang tidak kita bisa, karena kita akan terbiasa dengan hal tersebut jika kita membiasakan diri dengan hal tersebut setiap hari kita. J waah, tumben ini saya bisa memahami pepatah.
            Di kelas banyak teman-teman kocak dan bisa dibilang somplak (souper koplak) :D seperti halnya teman-teman saya yang ini nih. J maaf, kawan ku ambil foto-fotomu J biar terkenal lah, tidak apa-apa kan?


            Banyak hal yang diajarkan di SMEA, dari praktek di sekolah, di lingkungan sehari-hari, sampai kami harus keluar dari sekolah. Bukan di DO (drop out) lho ya J tapi kami PKL (Praktek Kerja Lapangan). Hal ini menambah pengalaman saya dan teman-teman yang lain bagaimana menghadapi pelanggan khususnya di bidang IT, kalau teman dari jurusan lain, hmm.. saya gak terlalu tahu juga ya J mungkin beda orang beda pengalaman juga.
            Di tempat PKL, kami diajarkan bagaimana bekerja layaknya pegawai. Wuih,, pegawai katanya? :D belum juga ya, masih nunggu lulus. Ya seperti itulah gambarannya. Berikut ada foto selama saya dan teman saya Santi (satu tempat PKL soalnya). Wah wah, malah foto-foto. Bukan gitu ya maksudnya, tapi buat dokumentasi dan kenangan saja.
J


            Lho, katanya berdua kok banyak orang? Itu adalah teman-teman kami dari sekolah lain yang sama waktu PKLnya J . wah, orang gila nih tanya jawab sendiri.  Walaupun kami diluar sekolah, kami malah punya pengalaman yang lebih dan mendapat teman baru dari sekolah lain. J
            Hmm, sepertinya dari tadi bicara yang seru-seru terus. Yang sedih mana ya? Bigung juga kesdihanku apa? J soalnya kalau lagi bahagia kadang kesdihan bisa hilang. Bentar...
            ... oke kita mulai bab sedihnya L tapi, don’t cry and don’t be sad. J tetap tersenyum jalani hari, karena senyuman adalah berkah dan sedekah yang paling mulia serta murah harganya. J waah, kata bijak lagi nih.
            Sedih yang kualami selama di SMEA itu, ketika salah satu temanku harus keluar dari sekolah. Ingin menangis deh pokoknya. :’( huhu.. tapi aku tidak cengeng J aku menutupi semuanya dengan senyuman saat bersama dengan teman-teman. Kesedihan yang lain, saat teman-teman ada yang berantem karena masalah sepele, tapi buat mereka dibesar-besarkam sendiri. L tapi hal ini mungkin sudah biasa buat kalian yang punya teman sensitif J
            Kesedihan is ok, tapi tidak boleh sedih terlalu larut. Hilangkan kesdihan yang ada dalam diri kalian, dan tersenyumlah menatap masa depan yang gemilang. Ceilah, kata-kata lagi nih. Lama-lama dari tadi aku bicara kata-kata mulu ya? J Wah wah sudah banyak ini, mungkin bisa disambung lain waktu J 
            Buat umat muslim dimanapun kalian berada dan buat saudaraku yang dalam kondisi apapun. Wassalamu’alaikum wr. wb.